Website counter

Jumat, 16 Maret 2012

Makna Agung Kata Insya Allah

Makna Agung kata 'Insya Allah'...Jangan
Sembarangan Mengucapkannya

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Dalam buku Asbabun Nuzul yang disusun oleh KH Q Shaleh dkk (1995) menukil riwayat mengenai
asbabun nuzul (sebab turun) surah al-Kahfi ayat 23-24. "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan
tentang sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan
menyebut); 'Insya Allah'." (QS al-Kahfi [16]:23-24). Suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin
al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk
menanyakan kenabian Muhammad. Lalu, kedua utusan itu menceritakan segala hal yang berkaitan
dengan sikap, perkataan, dan perbuatan Muhammad.

Lalu, pendeta Yahudi berkata, "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika dapat
menjawabnya, ia Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang
yang mengaku sebagai Nabi. Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu
yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan
pula kepadanya tentang roh." Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisy. Lalu, mereka berangkat menemui Rasulullah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut di atas.

Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok." Rasul menyatakan itu
tanpa disertai kalimat "insya Allah". Rasulullah SAW menunggu-nunggu wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang. Orang-orang Makkah mulai mencemooh dan Rasulullah sendiri sangat sedih, gundah
gulana, dan malu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy. Kemudian,
datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi SAW karena memastikan sesuatu pada esok
hari tanpa mengucapkan "insya Allah". (QS al-Kahfi [18]:23-24).

Dalam kesempatan ini, Jibril juga menyampaikan tentang pemuda-pemuda yang bepergian, yakni
Ashabul Kahfi (18:9-26); seorang pengembara, yakni Dzulqarnain (18:83-101); dan perkara roh
(17:85).

Mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Kitab Jaami'ul Bayan menjelaskan, "Inilah pengajaran Allah
kepada Rasulullah SAW agar jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun,
kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT.

Sungguh agung makna kata "insya Allah" itu. Di dalamnya dikandung makna paling tidak empat
hal. Pertama, manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah
(tauhid). Kedua, menghindari kesombongan karena kesuksesan yang dicapai (politik, kekayaan,
keilmuan, dan status sosial.) Ketiga, menunjukkan ketawaduan (keterbatasan diri untuk melakukan
sesuatu) di hadapan manusia dan Allah SWT. Keempat, bermakna optimisme akan hari esok
yang lebih baik.

Bagaimana jika kata "insya Allah" dijadikan tameng untuk memerdaya manusia atau dalih untuk
melepaskan diri dari tanggung jawab?

Sesungguhnya kita telah melakukan dua dosa.

Pertama, menipu karena menggunakan zat-Nya.

Kedua, kita telah menipu diri kita sendiri karena sesungguhnya kita enggan menepatinya, kecuali
sekadar menjaga hubungan baik semata dengan rekan, kawan, atau relasi. Wallahu a'lam.

Tulisan ini dimuat di Republika cetak dengan judul Makna Insya Allah

Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silakan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda,
keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Aamiin Ya rabbal 'alamiin

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan kritik dan saran tentang blog ini .
bisa menggunakan Profile "Anonymous".

Dilarang keras berkomentar yang menjelek-jelekkan blog ini dan menimbulkan SARA.